Sidr, iaitu pohon bidara disebut dalam surah Al-Quran dalam beberapa surah. Antaranya An Najm, ayat 16. Sidratul Muntaha digambarkan se...

Sidr, iaitu pohon bidara disebut dalam surah Al-Quran dalam beberapa surah. Antaranya An Najm, ayat 16.
Sidratul Muntaha digambarkan sebagai Pohon Bidara yang sangat besar, tumbuh mulai Langit Keenam hingga Langit Ketujuh. Dedaunannya sebesar telinga gajah dan buah-buahannya seperti bejana batu. Menurut Kitab As-Suluk, Sidrat al-Muntahā adalah sebuah pohon yang terdapat di bawah ‘Arsy, pohon tersebut memiliki daun yang sama banyaknya dengan sejumlah makhluk ciptaan Allah.
Allah berfirman dalam surah An-Najm 16,
“ Ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya (an-Najm, 53: 16)”.
Dikatakan bahawa yang menyelimutinya adalah permadani terbuat dari emas.
Jika Allah memutuskan sesuatu, maka “bersemilah” Sidratul Muntaha sehingga diliputi oleh sesuatu, yang menurut penafsiran Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu adalah “permadani emas”.
Deskripsi tentang Sidratul Muntaha dalam hadis-hadis tentang Isra Mi’raj tersebut hanyalah berupa gambaran (metafora) sebatas yang dapat diungkapkan kata-kata. Hakikatnya hanya Allah yang Maha Tahu.
Peristiwa di Sidratul Muntaha bagi Nabi Muhammad
Ketika Mi’raj, di sini Nabi Muhammad melihat banyak hal, seperti melihat bentuk asal Malaikat Jibril.
“ Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (An-Najm 53:13) ”
Melihat Tuhan
ikatakan pula bahwa Muhammad telah melihat Allah yang berupa cahaya.
Ulama berbeza pendapat tentang hal, adakah Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah melihat Tuhannya? Jika pernah apakah beliau melihat-Nya dengan mata kepala atau mata hati? Masing-masing memiliki pendapat tersendiri, yang disokong oleh hadis.
Antara yang berpendapat baginda melihat-Nya dengan mata hati antaranya adalah imam al-Baihaqi, al-Hafizh Ibnu Katsir dalam Tafsirnya, dan Syaikh al-Albani dalam tahqiq beliau terhadap Syarah Aqidah ath-Thahawiyah. Salah satu perdebatan mereka adalah hadits di atas.
Mendapatkan Perintah Solat
Di Sidratul Muntaha ini Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam mendapatkan perintah solat 5 waktu. Awalnya perintah melaksanakan solat adalah 50 kali sehari semalam, kerana pertimbangan dan saranan Nabi Musa serta permohonan Nabi Muhammad S.A.W sendiri, serta kasih dan sayang Allah.
Jumlahnya menjadi hanya 5 kali saja. antara hadis mengenai hal ini diriwayatkan oleh Ibnu Abbas dan Ibnu Mas’ud.
Dari Abdullah (bin Mas’ud), ia telah berkata: “Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam diisrakan, beliau berakhir di Sidratul Muntaha (yang bermula) di langit keenam. Ke sanalah berakhir apa-apa yang naik dari bumi, lalu diputuskan di sana. Dan ke sana berakhir apa-apa yang turun dari atasnya, lalu diputuskan di sana.”
Ia berkata: “Kemudian Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam diberi tiga hal: Diberi salat lima waktu dan diberi penutup Surah al-Baqarah serta diampuni dosa-dosa besar bagi siapapun dari umatnya yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun”.
- HR Muslim (173) dengan redaksi di atas, at-Tirmidzi (3276), an-Nasai (451), dan Ahmad
Informasi mengenai daun ini dalam quran & Hadis nabi:
- Surat AS-SABA ayat 16, yang bermaksud:
”Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon sidr.”(Q.S. As-Saba,16).
- Surat Al-Waqi’ah ayat 28, yang bermaksud:
“Berada di antara pohon bidara yang tidak berduri.” (Q.S. Al-Waqi’ah,28).
- Allah azza wa jalla berfirman:
“Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu. Berada di antara pohon bidara yang tidak berduri, dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya), dan naungan yang terbentang luas,dan air yang tercurah, dan buah-buahan yang banyak,” (QS. al-Waqi’ah (56) : 27-32)
Dalam tafsir disebutkan pohon bidara yang dimaksud adalah yang telah dihilangkan durinya ataupun buahnya yang lebat, demikian pendapat Ibnu Abbas rodhiyallohu ‘anhuma.
Berkata Ibnu Katsir rohimahulloh setelah menukil beberapa pendapat (tentang pohon bidara dalam ayat tersebut): Dhohirnya yang dimaksud adalah pohon bidara di dunia banyak durinya dan sedikit buahnya, adapun di akhirat kebalikannya, tidak ada durinya dan buahnya banyak.
Kesimpulannya, terdapat beberapa bahagian dalam Al Quran yang menyebut tentang Bidara. Dipercayai tumbuhan dari langit ini membawa pelbagai faedah dan menjadi benteng dari jin dan syaitin semasa di langit dan menjadi saksi beberapa peristiwa penting semasa isra' mikraj.
Petikan artikel ini diolah dari sabrinanadia.wordpress.com
COMMENTS